Beranda | Artikel
Tujuan Pendidikan Seksual Untuk Anak
Rabu, 19 Desember 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Zaen

Tujuan Pendidikan Seksual Untuk Anak adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan tentang cara mendidik anak secara Islami (fiqih pendidikan anak). Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. pada 17 Shafar 1439 H / 06 November 2017 M.

Download mp3 kajian sebelumnya: Menjauhkan Anak dari Ikhtilat

Kajian Tentang Menjelaskan Hakikat Mahram Kepada Anak

Pada pertemuan-pertemuan sebelumnya sekitar empat atau lima sesi kita membahas tentang pendidikan seksual didalam Islam. Kali ini kita akan membahas tentang kenapa diperlukan pendidikan seksual?

Pertama, kita tahu persis bahwa akhir-akhir yang namanya promosi pendidikan seks di sekolah-sekolah sangat gencar. Hal ini membuat risau para orang tua, membuat mereka gerah, membuat mereka was-was dengan nasib anak-anak mereka. Kenapa mereka was-was? Karena cara penyampaian dan nilai-nilai acuan dasarnya didalam pendidikan seksual tersebut ternyata jauh dari nilai-nilai Islam. Banyak diantara cara dan tujuan penyampaian pendidikan seksual di sekolah-sekolah mengacu kepada apa yang dipraktekkan di barat, apa yang dipraktikkan di negeri-negeri non-muslim, apa yang dipraktekan ini di negeri kafir. Padahal didalam Islam, pendidikan seks itu bukan sesuatu yang baru. Hanya saja cara dan tujuannya tidak seperti cara dan tujuan yang ada dalam pendidikan seks barat.

Saya akan jelaskan disini perbandingan, perbedaan antara tujuan pendidikan seks di barat, didalam kebiasaan orang orang non muslim dengan tujuan pendidikan seksual didalam Islam. Kita buat perbandingan. Kenapa kita perlu membuat perbandingannya? Seorang penyair mengatakan, “Kita akan memahami sesuatu ketika kita memahami kebalikan dari sesuatu tersebut.” Contoh, kita akan menyadari betapa berharganya cahaya ketika sedang mati lampu. Kita akan sadar betapa nikmatnya terang ketika sedang gelap. Kita akan sadar betapa nikmatnya sehat ketika sedang sakit.

Begitulah, kita akan faham sesuatu ketika kita memahami kebalikan dari sesuatu tersebut. Kita akan mengetahui betapa istimewanya Islam ketika kita melihat ajaran-ajaran yang bertolak belakang dengan Islam. Kita akan tahu bagaimana mulianya wanita didalam Islam, bagaimana Islam menghormati dan memuliakan wanita ketika kita melihat bagaimana selain ajaran Islam tidak menghormati wanita.

Mungkin sebagian orang menganggap wanita dalam Islam adalah makhluk yang terkekang karena keluar rumah harus menutup auratnya. Mereka mengatakan bahwa wanita dalam Islam itu sulit, susah, ribet, keluar kemana-mana harus menutup aurat. Padahal sebenarnya didalam agama kita, ketika wanita diwajibkan untuk menutup auratnya termasuk laki-laki juga menutup auratnya. Itu Dalam rangka untuk menjaga kehormatan. Kalau boleh kita umpamakan wanita dalam Islam itu seperti mutiara yang terjaga rapat di dalam cangkang. Sehingga ketika dibuka secara halal, maka akan terlihat bersinar terang, suci, bersih, terhormat.

Itulah wanita didalam agama Islam. Kita akan tahu bagaimana Islam menghormati wanita ketika kita melihat bagaimana orang-orang barat memposisikan wanita. Wanita bebas untuk mengumbar auratnya ketika keluar rumah. Sehingga maaf, makanan yang tidak dibungkus akan banyak dihinggapi oleh lalat-lalat yang membawa penyakit. Maka dari sini kita bisa menyadari betapa mulianya ajaran Islam didalam menghormati wanita.

Sekarang ketika kita berbicara tentang pendidikan seksual, ada dua versi. Ada versi barat, ada versi Islam. Dan amat disayangkan banyak diantara kaum muslimin lebih suka versi barat dibandingkan versi Islam. Padahal mereka adalah muslim dan bisa jadi karena mereka tidak tahu betapa jeleknya konsep pendidikan seksual yang ada di barat. Kita akan tahu ketika kita mengetahui apa sebenarnya tujuan pendidikan seksual di barat.

Tujuan Pendidikan Seksual Barat

1. Menekankan pentingnya kesetiaan terhadap pasangan

Ini adalah hal yang baik. Tapi ketika kita bicara pasangan dalam definisi orang-orang barat, siapakah pasangan? Apakah istri, suami? Bukan! Salah satunya istri, tapi termasuk juga pasangan itu adalah pasangan yang tinggal bersama satu rumah walaupun tidak diikat dengan pernikahan. Maka dari itu jangan kaget kalau banyak orang-orang barat termasuk tokoh-tokohnya yang sering diliput oleh media, banyak diantara mereka tinggal serumah dengan pasangan kumpul kebonya, sampai punya anak satu, dua, tiga, empat, baru menikah. Bahkan bisa jadi sampai mati tidak menikah. Padahal sudah berkumpul satu rumah bahkan sampai punya anak. Ada pemain bola, bahkan ada tokoh yang memiliki kedudukan penting dipemerintahan. Dan hal itu biasa.

Alhamdulillah di negeri kita, meskipun kita  merasakan gempuran budaya barat yang masuk ke negeri kita dan gempuran budaya itu sama sekali tidak cocok dengan adat ketimuran apalagi dengan ajaran Islam, Alhamdulillah di dalam negeri kita ini kalo ada pasangan kumpul kebo itu masih negatif. Maksudnya masyarakat masih memandang itu sesuatu yang jelek. Mudah-mudahan pandangan itu tidak luntur, karena serbuan untuk merubah pemahaman itu sangat dahsyat. Melalui sekian banyak media, baik itu media cetak ataupun elektronik.

Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dahulu, ketika gempuran lewat media itu tidak habis-habisnya, lama-lama bisa berubah. Contohnya masalah pakaian, 60 tahun yang lalu kalau ada seorang wanita dewasa keluar rumah hanya dengan pakaian celana pendek, maka image di masyarakat adalah bahwa wanita ini wanita nakal. Sehingga wanita yang baik-baik saat itu minimal keluar memakai jarik.  Walaupun mungkin ada beberapa yang masih belum sesuai dengan syariat, tapi minimal dia akan menutup bagian-bagian vitalnya bahkan sampai ke kaki. Mereka malu. Tapi lihat sekarang, bagaimana wanita keluar rumah hanya dengan celana pendek, hanya dengan memakai daster di atas lutut, dan itu dianggap biasa.

Kenapa bisa seperti itu? 60 tahun bisa merubah pola-pikir, pola-pandang masyarakat kita. Gempuran setiap hari, setiap menit, dipertontonkan wanita-wanita yang membuka aurat di televisi, di internet, di koran, di majalah, bahkan di papan reklame di pinggir jalan, di HP, setiap hari ditampilkan supaya sesuatu yang aib berubah menjadi biasa. Dan ini tidak menutup kemungkinan bahwa pandangan masyarakat yang negatif terhadap kumpul kebo bisa berubah menjadi hal yang biasa.

Memandang negatif kepada kumpul kebo itu baik. Karena memang itu jelek. Jadi kita harus memandang bahwa itu jelek karena memang nyatanya jelek. Dengan gempuran berita-berita, tentang artis fulan, tentang pemain bola fulan, tentang tokoh fulan yang kumpul kebo selama sekian tahun, setelah cocok baru menikah. Jika hal itu selalu diberikan, diberitakan, diberitakan, lalu lama-lama masyarakat yang tidak punya filter yang baik akan menganggap bahwa itu adalah sesuatu yang wajar. Mudah-mudahan tidak datang masa itu.

2. Menghindari kehamilan di usia remaja

Perhatikan baik-baik, supaya tidak hamil. Berarti kalau berhubungan seksual tapi tidak sampai hamil, menurut mereka boleh. Maka dari itu perzinaan antara siswa-siswi di barat, itu biasa. Bahkan hampir-hampir tidak punya malu lagi. Padahal kalau di Indonesia, prilaku seks di depan umum adalah antara kucing dengan kucing, antara ayam dengan ayam.

Jadi menurut mereka, pada usia remaja jika mau berhubungan seksual silahkan yang penting tidak hamil.

3. Mampu menghindarkan hubungan seks kalau tidak diinginkan

Jadi kalau tidak cocok, jangan. Berarti kalau cocok, tidak mengapa walaupun bukan dengan pasangan sahnya. Dan juga menghindari seks yang tidak aman. Berarti ada seks yang aman. Seks yang aman menurut mereka adalah hubungan seks dengan pasangan yang tidak mengidap penyakit menular atau berhubungan seksual dengan pasangan yang menular tapi menggunakan alat kontrasepsi.

Beberapa tahun yang lalu, ada kampanye pemakaian kondom di antara para remaja. Menurut pemahaman barat, hubungan seksual silangkan yang penting aman. Didalam agama kita, aman tidak aman kalau bukan pasangan yang sah, maka tidak boleh. 

Itulah tujuan pendidikan seksual barat. Apakah berhasil tujuan itu dicapai? Kita katakan, tidak berhasil! Bahkan kondisinya lebih parah. Bukan hanya terjadi hubungan seks bebas, akan tetapi sekarang ini sampai taraf pelecehan seksual kepada anak-anak kecil dibawah umur . Anak-anak kecil dibawah umur sudah dilecehkan secara seksual. Baik laki-laki maupun perempuan. Bahkan ada penjualan anak-anak laki-laki dan anak perempuan untuk dijadikan sebagai budak-budak seks.

Bukan hanya itu. Mereka berusaha dan bahkan terus berusaha agar pernikahan antara sesama jenis bisa resmi. Laki-laki menikah dengan laki-laki, perempuan menikah dengan perempuan. Dan hal ini dengan sekuat tenaga ingin ditransfer ke Indonesia oleh orang-orang yang ingin merusak Indonesia.

Dengan berbagai cara mereka berusaha untuk mensukseskan hal itu. Bahkan mereka berusaha agar itu dijadikan sebagai undang-undang resmi di negara kita. Mudah-mudahan usaha mereka sia-sia dan tidak berhasil. Itulah tujuan pendidikan seksual menurut barat.

Tujuan Pendidikan Seksual Menurut Islam

Sekarang kita bisa tahu bagaimana perbedaannya. Kalau menurut Islam, tujuan pendidikan seksual adalah menjaga keselamatan, menjaga kehormatan, menjaga kesucian anak-anak kita. Bagaimana anak-anak yang lahir dalam keadaan suci, bisa tetap suci. Bagaimana bagaimana anak-anak yang lahir dalam keadaan selamat, bisa tetap selamat. Bagaimana anak-anak yang lahir dalam keadaan terhormat bisa tetap terjaga kehormatannya. Sehingga kita jaga anak itu sehati-hatinya sampai memasuki jenjang berkeluarga.

Jadi dihindarkan dari hubungan-hubungan seksual tadi, sampai masuk usia bisa berubah tangga. Ketika sudah masuk usia berumah tangga, dinikahkan dalam sebuah keluarga yang bersih dan selamat.

Simak penjelasannya pada menit ke-25:52

Simak Penjelasan Lengkap dan Download mp3 Kajian Tentang Menjauhkan Anak dari Ikhtilat


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/45495-tujuan-pendidikan-seksual-untuk-anak/